Bagian terakhir tentang Si Kumis Secuil-Adolf Hitler
Perang Dunia II
Pada Februari 1938, atas nasihat Menteri Luar Negeri
yang baru ditunjuk, Joachim von Ribbentrop yang sangat pro-Jepang, Hitler
mengakhiri aliansi Cina-Jerman dengan Republik Cina demi membentuk aliansi dengan
Jepang yang lebih modern dan kuat. Hitler mengumumkan pemerintahannya mengakui Manchukuo, negara dudukan
Jepang di Manchuria, dan menarik klaim
Jerman terhadap bekas koloni mereka di Pasifik yang dimiliki Jepang. Hitler menyatakan
berakhirnya pengiriman senjata ke Cina dan memulangkan semua pejabat Jerman
yang bekerja di Angkatan Darat Cina. Sebagai tindak balasan, Jenderal
Cina Chiang Kai-shek membatalkan semua
perjanjian ekonomi Cina-Jerman, sehingga bahan mentah Cina tidak lagi masuk ke
Jerman.
Austria dan Cekoslowakia
Pada tanggal 12 Maret 1938, Hitler mengumumkan
penyatuan Austria dengan Jerman Nazi dalam program
Anschluss. Hitler kemudian
mengalihkan perhatiannya ke populasi etnis Jerman di distrik Sudetenland di Cekoslowakia.
Tanggal 28–29 Maret 1938, Hitler mengadakan
serangkaian pertemuan rahasia di Berlin bersama Konrad
Henlein dari Heimfront (Front Dalam Negeri) Sudeten, partai etnis Jerman di
Sudetenland. Mereka setuju agar Henlein meminta otonomi yang lebih besar bagi
penduduk Jerman Sudeten ke pemerintah Cekoslowakia, sehingga memberi legitimasi
atas aksi militer Jerman ke Cekoslowakia. Pada April 1938, Henlein memberitahu
menteri luar negeri Hongaria bahwa "apa pun yang ditawarkan pemerintah
Ceko, ia akan selalu meminta lebih tinggi lagi. Ia ingin menyabotase pemahaman
dengan artian apa pun karena inilah
satu-satunya cara memecah Cekoslowakia dengan cepat". Secara pribadi,
Hitler menganggap masalah Sudeten tidak penting; keinginan sebenarnya adalah
melancarkan perang penaklukan terhadap Cekoslowakia.
Oktober 1938: Hitler (berdiri di Mercedes) berkendara
melalui kerumunan di Cheb (Jerman: Eger), bagian dari wilayah berpenduduk Jerman Sudetenland di Cekoslowakia, yang dianeksasi ke
Jerman Nazi akibat Perjanjian Munich.
Pada bulan April, Hitler meminta OKW bersiap-siap
untuk Fall Grün ("Kasus Hijau"), kode invasi ke
Cekoslowakia. Karena tekanan
diplomatik bertubi-tubi dari Perancis dan Britania, pada tanggal 5 September
Presiden Cekoslowakia Edvard Beneš meluncurkan "Rencana
Keempat" untuk reorganisasi konstitusional negaranya yang menyetujui
sebagian besar permintaan Henlein untuk otonomi Sudeten. Heimfront Henlein menanggapi tawaran Beneš
dengan serangkaian kerusuhan melawan polisi Cekoslowakia dan berujung pada
penerapan darurat militer di sejumlah distrik di Sudeten.
Jerman bergantung pada minyak
impor; konfrontasi dengan
Britania atas sengketa Cekoslowakia akan mengurangi suplai minyak Jerman.
Hitler membatalkan Fall Grün yang awalnya direncanakan
dilaksanakan tanggal 1 Oktober 1938. Pada 29 September, Hitler, Neville Chamberlain, Édouard Daladier, dan Benito
Mussolini mengadakan
konferensi satu hari di Munich dan menghasilkan Perjanjian
Munich yang berisi
penyerahan distrik Sudetenland ke Jerman.
Toko-toko Yahudi hancur di
Magdeburg pasca-Kristallnacht (November 1938)
Chamberlain puas dengan konferensi Munich dan menyebutnya "perdamaian untuk masa kini", sementara Hitler marah karena kehilangan
kesempatan berperang pada tahun 1938; ia menyatakan ketidakpuasannya dalam
sebuah pidato tanggal 9 Oktober di Saarnrűcken. Dalam pandangan Hitler,
perdamaian yang dibantu Britania ini, meski memenuhi permintaan Jerman, adalah
kekalahan diplomatik yang menggagalkan keinginannya membatasi kekuasaan
Britania untuk membuka jalan ekspansi Jerman ke timur. Karena pertemuan itu pula Hitler
terpilih sebagai Man of the Year versi majalah Time tahun 1938.
Pada akhir 1938 dan awal 1939, krisis ekonomi yang
berlanjut akibat persenjataan kembali memaksa Hitler memotong anggaran
besar-besaran. Dalam pidato "Ekspor
atau mati" tanggal 30 JAnuari 1939, ia meminta serangan ekonomi demi
meningkatkan kepemilikan valuta asing Jerman untuk membeli bahan mentah seperti
besi berkualitas tinggi untuk senjata-senjata militernya.
Pada tanggal 15 Maret 1939, melanggar Perjanjian
Munich dan mungkin akibat krisis ekonomi yang menekankan perlunya aset
tambahan, Hitler memerintahkan
Wehrmacht menyerbu Praha dan memproklamasikan Bohemia dan Moravia sebagai protektorat Jerman dari Kastil Praha.
Pecahnya Perang Dunia II
Dalam diskusi pribadi tahun 1939, Hitler menyatakan
Britania sebagai musuh utama yang perlu dikalahkan dan pemusnahan Polandia
adalah prasyarat yang diperlukan demi mencapai tujuan tersebut. Sisi timur akan
diamankan dan daratannya dimasukkan dalam Lebensraum Jerman.
Tersinggung oleh "jaminan" kemerdekaan
Polandia oleh Britania pada 31 Maret 1939, Hitler berkata, "Aku harus
membuatkan minuman iblis untuk mereka." Dalam sebuah pidato di Wilhelmshaven pada acara peluncuran
kapal perang Tirpitz tanggal 1 April, ia
mengancam akan membatalkan Perjanjian Laut
Inggris-Jerman jika Britania terus
menjamin kemerdekaan Polandia, yang ia pandang sebagai kebijakan
"pengepungan". Polandia akan menjadi negara
satelit Jerman atau dinetralisasi untuk mengamankan sisi timur Reich dan
mencegah kemungkinan blokade Britania. Hitler awalnya memilih ide negara
satelit, tetapi karena ditolak pemerintah Polandia, ia memutuskan menginvasi Polandia
dan menjadikannya tujuan utama kebijakan luar negerinya tahun 1939. Pada tanggal 3 April,
Hitler memerintahkan pihak militer bersiap untuk Fall
Weiss ("Kasus
Putih"), yaitu rencana penyerbuan ke Polandia tanggal 25 Agustus. Dalam pidato di
Reichstag tanggal 28 April, Hitler membatalkan Perjanjian Laut Inggris-Jerman
dan Pakta Non-Agresi Jerman–Polandia. Pada bulan Agustus, Hitler memberitahu
jenderal-jenderalnya bahwa rencana awalnya untuk tahun 1939 adalah
"...membentuk hubungan baik dengan Polandia demi memerangi Barat." Sejumlah sejarawan
seperti William Carr, Gerhard Weinberg, dan Ian Kershaw berpendapat
bahwa alasan ketergesaan Hitler melancarkan perang adalah ia takut keburu
meninggal duluan.
Hitler di prangko 42 pfennig tahun 1944. Istilah Grossdeutsches Reich (Reich Jerman Raya) pertama dipakai tahun 1943 untuk
menyebut wilayah ekspansi Jerman di bawah kekuasaannya.
Hitler khawatir serangan militernya ke Polandia akan
menciptakan perang lebih awal terhadap Britania. Akan tetapi, menteri luar negeri
Hitler – dan mantan Duta Besar untuk London – Joachim von
Ribbentrop menjamin bahwa baik Britania maupun Perancis tidak akan menghormati
komitmen mereka ke Polandia. Karena dijamin seperti itu, pada
tanggal 22 Agustus 1939 Hitler memerintahkan mobilisasi militer ke Polandia.
Rencana ini memerlukan bantuan rahasia dari Soviet dan pakta non-agresi (Pakta Molotov-Ribbentrop) antara Jerman dan Uni Soviet,
dipimpin Joseph Stalin, termasuk perjanjian
rahasia pembelahan Polandia untuk kedua negara tersebut. Menanggapi pakta yang
baru terbentuk ini – dan berbeda dengan prediksi Ribbentrop bahwa aksi ini
akan memperburuk hubungan Inggris-Polandia – Britania dan Polandia membentuk
aliansi Inggris-Polandia pada 25 Agustus 1939. Manuver ini, bersamaan dengan
berita dari Italia bahwa Mussolini tidak akan menghormati Pakta Baja, memaksa Hitler
menunda serbuan ke Polandia dari 25 Agustus menjadi 1 September. Hitler gagal
mengalihkan Britania ke posisi netral dengan menawarkan jaminan non-agresi ke
Imperium Britania tanggal 25 Agustus; ia kemudian menginstruksikan Ribbentrop
agar mengungkapkan rencana perdamaian menit-menit terakhir dengan batasan waktu
yang sangat pendek agar bisa menyalahkan perang yang akan terjadi pada
ketidaksigapan Britania dan Polandia.
Meski gelisah akan intevensi Britania, Hitler
melanjutkan rencana invasi Polandia. Pada tanggal 1 September 1939,
Jerman menyerbu Polandia Barat dengan alasan klaimnya terhadap Kota Bebas Danzig dan haknya atas jalan ekstrateritorial melintasi Koridor Polandia ditolak, yang telah diserahkan Jerman sesuai
Perjanjian Versailles. Merespon tindakan ini, Britania
Raya dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman pada tanggal 3 September,
mengejutkan Hitler dan memaksanya bertanya dengan nada marah kepada Ribbentrop,
"Sekarang apa lagi?" PErancis dan Britania segera
bertindak sesuai pernyataan mereka, dan pada 17 September, pasukan Soviet
menyerbu Polandia timur.
Polandia takkan pernah bangkit lagi dalam bentuk Perjanjian
Versailles. Ini dijamin tidak hanya oleh Jerman, tetapi juga ... Rusia.
Jatuhnya Polandia diikuti oleh apa yang disebut
sejumlah wartawan sebagai "Perang Palsu" atau Sitzkrieg ("perang duduk"). Hitler menginstruksikan
dua GauletierPolandia barat laut
yang baru ditunjuk, Albert Forster dari Reichsgau
Danzig-Prusia Barat dan Arthur Greiser dari Reichsgau Wartheland, untuk "menjermanisasikan" daerah mereka
"tanpa pertanyaan" tentang bagaimana caranya. Ketika penduduk Polandia di
daerah Forster harus menandatangani pernyataan bahwa mereka memiliki darah
Jerman, Greiser melakukan
kampanye pembersihan etnis brutal terhadap penduduk Polandia di daerahnya. Greiser mengeluh
Forster mengizinkan ribuan orang Polandia diterima sebagai "ras"
Jerman sehingga mengancam "kemurnian ras" Jerman. Hitler menolak
terlibat, karena ingin
menjadikannya contoh dari teori "bekerja untuk Führer": Hitler
mengeluarkan instruksi yang tidak jelas dan mengharapkan semua bawahannya
menjalankan kebijakan mereka sendiri.
Sengketa lain muncul tentang metode Himmler dan
Greiser, yang memilih pembersihan etnis di Polandia, melawan metode Göring dan
Hans Frank, Gubernur Jenderal teritori Pemerintah Umum Polandia, yang ingin mengubah
Polandia menjadi "lumbung padi" Reich. Pada tanggal 12 Februari 1940,
sengketa ini awalnya selesai melalui pelaksanaan metode Göring–Frank, yang
mengakhiri pengusiran massal yang mengganggu arus ekonomi. Akan tetapi, pada 15
Mei 1940, Himmler menulis memo berjudul "Pemikiran tentang Penanganan
Penduduk Asing di Timur" yang mengusulkan pengusiran seluruh penduduk
Yahudi di Eropa ke Afrika dan mengucilkan penduduk Polandia menjadi "kelas
buruh tanpa pemimpin." Hitler menyebut memo Himmler
"bagus dan tepat," lalu menerapkan kebijakan
Himmler–Greiser di Polandia, sambil mengabaikan Göring dan Frank.
Hitler mulai memusatkan militernya di perbatasan barat
Jerman, dan pada April 1940, pasukan Jerman menyerbu Denmark
dan Norwegia. Tanggal 9 April,
Hitler mengumumkan kelahiran "Reich Jerman Raya", yaitu visinya akan sebuah
imperium bangsa-bangsa Jermanik di Eropa yang bersatu, tempat orang Belanda,
Flandria, dan Skandinavia bergabung dalam pemerintahan "ras murni" di
bawah kepemimpinan Jerman. Bulan Mei 1940, Jerman menyerang Perancis, dan menduduki Luksemburg, Belanda dan Belgia. Kemenangan tersebut
memaksa Mussolini membawa Italia bergabung dengan Hitler pada 10 Juni. Perancis
menyerah tanggal 22 Juni.
Britania, yang tentaranya dipaksa meninggalkan
Perancis melalui laut dari Dunkirk, terus berperang bersama jajahan Britania yang lain pada Pertempuran Atlantik. Hitler menawarkan perdamaian
kepada pemimpin Britania Raya yang baru, Winston
Churchill, dan setelah ditolak
ia memerintahkan serangan
pengeboman ke Britania Raya.
Rencana invasi Hitler ke Britania Raya dimulai dengan serangkaian serangan
udara pada Pertempuran Britania terhadap sejumlah pangkalan udara dan stasiun radar Angkatan Udara Kerajaan (RAF) di Inggris Tenggara.
Sayangnya,
Luftwaffe Jerman tidak mampu mengalahkan Angkatan Udara Kerajaan. Pada akhir Oktober,
Hitler menyadari bahwa superioritas udara untuk invasi Britania – Operasi Sea Lion – tidak dapat diraih, lalu ia melancarkan serangan udara malam terhadap kota-kota di Britania, termasuk London, Plymouth dan Coventry.
Pada tanggal 27 September 1940, Pakta Tiga Pihak ditandatangani di Berlin oleh Saburō Kurusu dari Kekaisaran Jepang, Hitler, dan menteri
luar negeri Italia Ciano, kemudian meluas hingga Hongaria, Rumania dan Bulgaria, sehingga memperkuat kekuatan Poros. Upaya Hitler dalam
mengintegrasikan Uni Soviet dengan blok anti-Britania gagal pasca pertemuan
buntu antara Hitler dan Molotov di Berlin pada bulan November,
kemudian ia meminta semua pihak bersiap untuk invasi besar-besaran ke Uni
Soviet.
Pada musim semi 1941, aktivitas militer di Afrika
Utara, Balkan, dan Timur Tengah
mengalihkan Hitler dari rencananya di kawasan timur. Bulan Februari, pasukan Jerman tiba di Libya untuk memperkuat keberadaan pasukan Italia di sana.
Bulan April, Hitler melancarkan invasi Yugoslavia, yang tidak lama kemudian
diikuti dengan invasi Yunani. Bulan Mei, pasukan
Jerman dikirim untuk membantu pasukan pemberontak Irak
memerangi Britania dan menyerbu Kreta. Pada tanggal 23
Mei, Hitler mengeluarkan Surat Perintah Führer
No. 30.
Menjelang kekalahan
Tanggal 22 Juni 1941, melawan pakta non-agresi
Hitler–Stalin tahun 1939, 5,5 juta tentara Poros menyerbu Uni Soviet. Tujuan
dari serangan berskala besar ini (Operasi Barbarossa) adalah penghancuran total Uni
Soviet dan perebutan semua sumber daya alamnya untuk upaya agresi masa depan
terhadap negara-negara Barat. Dalam invasi ini, Jerman berhasil mencaplok
wilayah yang sangat luas, termasuk beberapa republik Baltik, Belarus dan Ukraina Barat. Setelah keberhasilan Pertempuran Smolensk, Hitler memerintahkan Grup
Angkatan Darat Tengah menghentikan lajunya ke Moskwa dan sementara
mengalihkan grup Panzernya ke utara dan selatan untuk membantu pengepungan Leningrad dan Kiev. Keputusan Hitler ini
menciptakan krisis besar di kalangan petinggi militer, karena para jenderal
tidak setuju dengan perubahan target tersebut. Jeda yang diambil Hitler pada
akhir musim panas memberikan Angkatan Darat Merah kesempatam memobilisasi
cadangan-cadangan baru; sejarawan Russel Stolfi menganggap hal ini sebagai
salah satu faktor utama yang menyebabkan kegagalan serangan Moskwa, yang baru
dilanjutkan bulan Oktober 1941 dan berakhir dengan kegagalan
besar pada bulan Desember.
Pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang Pearl Harbor, Hawaii-AS. Empat hari kemudian, Hitler
secara resmi menyatakan perang melawan Amerika Serikat.
Tanggal 18 Desember 1941, Himmler menanyai Hitler,
"Apa yang perlu dilakukan terhadap kaum Yahudi Rusia?" Hitler
menjawab, "als Partisanen auszurotten" ("musnahkan mereka
sebagai partisan"). Sejarawan Israel Yehuda Bauer berkomentar bahwa pernyataan tersebut bisa jadi
tanda-tanda yang hampir bisa dikatakan para sejarawan sebagai perintah langsung
dari Hitler untuk melaksanakan genosida saat Holocaust.
Pada akhir 1942, pasukan Jerman kalah dalam pertempuran El Alamein kedua, menggagalkan rencana Hitler
merebut Terusan Suez dan Timur Tengah. Kelewat
yakin atas kemampuan militernya sendiri pasca kemenangan awal tahun 1940,
Hitler menjadi tidak percaya terhadap Komando Tinggi Angkatan Darat dan mulai
ikut campur dalam militer dan perencanaan taktis dengan akibat yang
menghancurkan. Pada bulan Februari
1943, penolakan Hitler yang berulang-ulang terhadap penarikan mereka dari Pertempuran Stalingrad mengakibatkan kehancuran total Angkatan
Darat ke-6. Lebih dari 200.000
tentara Poros gugur dan 235.000 lainnya ditawan, hanya 6.000 di antaranya yang
pulang ke Jerman setelah perang. Setelah itu, terjadi kekalahan
mutlak pada Pertempuran Kursk. Pendapat militer
Hitler mulai tidak jelas, dan posisi militer dan ekonomi Jerman ikut jatuh
seiring memburuknya kesehatan Hitler. Kershaw dan sejarawan lain percaya Hitler
mengalami penyakit Parkinson.
Pascainvasi
Sekutu ke Sisilia tahun 1943, Mussolini
digulingkan oleh Pietro Badoglio, yang menyerah kepada Sekutu.
Sepanjang tahun 1943 dan 1944, Uni Soviet pelan-pelan memaksa pasukan Hitler
mundur di sepanjang Front Timur. Tanggal 6 Juni 1944, pasukan
Sekutu Barat mendarat di Perancis utara dalam salah satu operasiamfibi terbesar sepanjang
sejarah, Operasi Overlord. Akibat serangkaian
kemunduran besar yang dialami Angkatan Darat Jerman, banyak petingginya
berkesimpulan bahwa kekalahan tak dapat dielakkan dan kesalahan perhitungan
atau penolakan Hitler akan membawa perang ke dalam negeri dan menyebabkan Jerman hancur total.
Upaya paling terkenal justru berasal dari Jerman
sendiri dan didorong oleh kemungkinan bahwa Jerman akan kalah perang. Pada Juli 1944, rencana 20 Juli, bagian dari Operasi Valkyrie, dijalankan. Claus von Stauffenberg meletakkan sebuah bom di salah
satu bangunan markas Hitler, Wolf's Lair di Rastenburg. Hitler nyaris terbunuh karena
seseorang tidak sengaja mendorong kopor bom tersebut ke belakang kaki meja
konferensi yang tebal. Saat bom meledak, meja itu memantulkan ledakan menjauhi
Hitler. Setelah itu, Hitler memerintahkan balas dendam yang kejam yang berujung
pada eksekusi lebih dari 4.900 orang.
Kekalahan dan kematian
Pada akhir 1944, baik Angkatan
Darat Merah dan Sekutu Barat sedang menyerbu masuk Jerman. Mengetahui kekuatan dan
kegigihan Angkatan Darat Merah, Hitler memutuskan memakai sisa tentara
cadangannya untuk melawan tentara Amerika Serikat dan Britania yang ia anggap
lebih lemah. Pada 16 Desember, ia melancarkanserangan di Ardennes untuk memecah belah Sekutu Barat dan mungkin
meyakinkan mereka ikut berpeang melawan Soviet. Setelah serangan tersebut gagal,
Hitler sadar bahwa Jerman akan kalah perang. Harapan terakhirnya untuk
menegosiasikan damai dengan Amerika Serikat dan Britania dibantu oleh Kematian Franklin D. Roosevelt tanggal 12 April 1945; namun, berbeda dengan
harapannya, Sekutu tetap tidak gentar. Bertindak dengan pandangannya bahwa
kegagalan militer Jerman turut menghilangkan haknya untuk berdiri sebagai suatu
bangsa, Hitler memerintahkan penghancuran semua infrastruktur industri Jerman
sebelum jatuh ke tangan Sekutu. Menteri Persenjataan Albert Speer
dipercaya untuk mengeksekusi rencana bumi hangus ini, namun diam-diam ia tolak.
Pada tanggal 20 April, ulang tahun Hitler ke-56,
Hitler melakukan perjalanan terakhir dari Führerbunker ("perlindungan Führer")
ke permukaan. Di kebun Reichskanzlei yang hancur, ia menyematkan Iron Cross kepada sejumlah
tentara Pemuda Hitler. Pada 21 April, Front Belorusia ke-1 pimpinan Georgy Zhukov berhasil menembus pertahanan Grup Angkatan Darat Vistula Jerman pimpinan Jenderal Gotthard
Heinrici pada Pertempuran Dataran Tinggi Seelow dan melaju hingga pinggiran kota Berlin. Menolak situasi
tersebut, Hitler menggantungkan harapannya pada pasukan Waffen SS pimpinan
Jenderal Felix Steiner, Armeeabteilung Steiner ("Detasemen Angkatan Darat
Steiner"). Hitler
meminta Steiner menyerang sisi utara bukit dan Angkatan
Darat Kesembilan Jerman diperintahkan
menyerang ke utara dalam bentukserangan jepit.
Pada konferensi militer tanggal 22 April, Hitler
mempertanyakan serangan Steiner. Ia diberitahu bahwa serangan tersebut tak
pernah dilancarkan dan pasukan Rusia sudah memasuki Berlin. Jawaban tersebut
memaksa Hitler meminta semua orang selain Wilhelm Keitel, Alfred Jodl, Hans Krebs, dan Wilhem Burgdorf keluar ruangan. Hitler kemudian marah besar-besaran
atas pengkhianatan dan ketidakmampuan para komandannya yang diakhiri dengan
pernyataannya – untuk pertama kali –bahwa Jerman kalah perang. Hitler
mengumumkan bahwa ia akan tetap berada di Berlin sampai perang berakhir, lalu
bunuh diri.
Pada 23 April, Angkatan Darat Merah mengepung seluruh
Berlin dan Goebbels membuat
pernyataan yang meminta warga kota ikut mempertahankan Berlin. Pada hari itu pula,
Göring mengirim telegram dari Berchtesgaden yang berisi pendapat bahwa karena
Hitler terisolasi di Berlin, Göring harus mengambil alih
pemerintahan Jerman. Göring menetapkan batas waktu, lewat dari itu ia
menganggap Hitler tidak berkuasa lagi. Hitler menanggapinya dengan
menahan Göring dan dalam surat wasiatnya yang ditulis 29 April, Hitler
menyatakan Göring dipecat dari semua jabatan pemerintahan yang dipegangnya. Tanggal 28 April,
Hitler mengetahui bahwa Himmler, yang meninggalkan Berlin tanggal 20 April, sedang mencoba
membahas penyerahan diri dengan Sekutu Barat. Ia memerintahkan Himmler ditahan
danHermann Fegelein (perwakilan SS Himmler di kantor pusat Hitler di
Berlin) dieksekusi.
Setelah tengah malam 29 April, Hitler menikahi Eva Barun dalam sebuah upacara
pernikahan kecil di ruang peta di Führerbunker. Setelah sarapan sederhana
bersama istri barunya, ia membawa sekretaris Traudl
Junge ke ruangan lain dan
mendiktekan wasiat dan kata-kata terakhir. Peristiwa ini disaksikan dan
dokumennya ditandatangani oleh Hans Krebs, Wilhelm Burgdorf, Joseph Goebbels,
dan Martin Bormann. Sore itu, Hitler diberitahu
tentang pembunuhan diktator Italia Benito Mussolini, yang mungkin mempertegas
keinginannya untuk menolak ditangkap.
Tanggal 30 April 1945, setelah pertempuran
jalanan yang sengit, ketika
tentara Soviet berada satu atau dua blok dari Reichskanzlei, Hitler dan Braun
bunuh diri; Braun menggigit kapsul sianida dan Hitler menembak
dirinya. Jasad mereka dibawa
naik melalui pintu keluar darurat bunker ke kebun belakang Reichskanzlei yang
sudah hancur, kemudian ditempatkan di sebuah kawah bom dan disiram bensin. Kedua jasad
kemudian dibakar diiringi suasana pengeboman oleh
Angkatan Darat Merah.
Berlin menyerah pada tanggal 2 Mei. Catatan arsip
Soviet — dirilis setelah
jatuhnya Uni Soviet —memperlihatkan bahwa
sisa-sisa jenazah Hitler, Braun, Joseph dan Magda
Goebbels, enam anak Goebbels, Jenderal Hans
Krebs, dan anjing-anjing Hitler berkali-kali dikubur dan diangkat. Pada tanggal 4 April
1970, sebuah tim KGB Soviet memakai peta pemakaman
terperinci untuk mengangkat lima kotak kayu di fasilitas SMERSH di Magdeburg. Sisa-sisa jenazah
dari kotak tersebut dibakar, dihancurkan, dan disebarkan di sungai Biederitz,
anak sungai Elbe.
Holocaust
Jika para hartawan Yahudi di luar Eropa berhasil
membawa bangsa ini sekali lagi ke kancah perang, akibatnya bukanlah
bolshevisasi Bumi yang menguntungkan kaum Yahudi, namun pemusnahan ras Yahudi
di Eropa.
Holocaust dan perang Jerman di timur didasarkan pada
pandangan lama Hitler bahwa kaum Yahudi adalah musuh besar bangsa Jerman dan
bahwa Lebensraum perlu diciptakan demi perluasan Jerman. Ia berfokus ke
Eropa Timur untuk upaya perluasan tersebut dengan mengalahkan Polandia dan Uni Sovyet dan menyingkirkan
atau membantai kaum Yahudi dan Slavia. Generalplan
Ost ("Rencana Umum
untuk Timur") berisikan deportasi penduduk Eropa Timur dan Uni Soviet yang
diduduki ke Siberia Barat untuk dimanfaatkan sebagai buruh atau dibunuh; wilayah dudukan akan
dikolonisasi oleh penduduk Jerman atau yang "dijermanisasi".
Tujuannya adalah menerapkan rencana ini setelah
menaklukkan Uni Soviet, tetapi jika gagal, Hitler tetap melanjutkannya. Pada Januari 1942,
Hitler memutuskan untuk membunuh semua kaum Yahudi, Slavia, dan penduduk
terdeportasi lain yang ingin disingkirkan.
Sebuah gerbong penuh jenazah di luar krematorium di kamp konsentrasi Buchenwald yang telah dibebaskan (April 1945) Holocaust ("Endlösung der Judenfrage” atau "Solusi Akhir Pertanyaan Yahudi")
diperintahkan oleh Hitler dan disusun dan dilaksanakan oleh Heinrich Himmler dan Reinhard Heydrich. Catatan
Konferensi – diselenggarakan
tanggal 20 Januari 1942, dipimpin Heydrich dan dihadiri 15 pejabat senior Nazi – memberikan bukti jelas
tentang rencana sistematis Holocaust. Tanggal 22 Februari, Hitler mengatakan,
"kita harus mendapatkan kembali kesehatan kita dengan memusnahkan kaum
Yahudi." Sekitar 30 kamp
konsentrasi dan kamp pemusnahan dipakai untuk melaksanakan
rencana ini.
Pada musim panas 1942, kamp
konsentrasi Auswitz dengan cepat
diperluas untuk menampung sejumlah besar penduduk deportasi untuk dibunuh atau diperbudak.
Meski tidak ada perintah khusus dari Hitler yang
mengizinkan pembunuhan massal yang dipublikasikan, ia menyetujui pembentukan Einsatzgruppen – skuad pembunuh yang mengikuti jalur AD Jerman
melintasi Polandia, Baltik, dan Uni Soviet – dan ia sangat mengetahui
aktivitas mereka. Dalam rekaman interograsi olehpejabat intelijen Soviet yang dipublikasikan 50 tahun kemudian, sopir
Hitler, Heinz Linge, dan ajudannya, Otto Günsche, menyatakan bahwa
Hitler punya ketertarikan langsung terhadap pengembangan kamar gas.
Antara 1939 dan 1945,
Schutztaffel (SS), dibantu
pemerintah Kolaborasi dengan Kekuatan Poros pada Perang Dunia II
kolaborasionis dan rekrutan dari
negara-negara dudukan, bertanggung jawab atas kematian 11 hingga 14 juta orang,
termasuk 6 juta kaum Yahudi yang mewakili dua per tiga populasi Yahudi di
Eropa, serta antara 500.000
dan 1.500.000 etnis Roma. Kematian terjadi di
kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan, ghetto, dan eksekusi massal. Banyak
korban Holocaustdigas sampai mati, sementara lainnya
meninggal karena kelaparan atau penyakit saat bekerja sebagai buruh paksa.
Kebijakan Hitler juga mengakibatkan pembunuhan bangsa Polandia dan tahanan perang Soviet, kaum komunis dan pesaing
politik lain, homoseksual, orang yang cacat fisik dan mental, Saksi-Saksi Yehuwa, Adventis, dan anggota serikat
dagang. Hitler tidak pernah mengunjungi kamp konsentrasi dan membicarakan
pembunuhan tersebut di hadapan publik.
Konsep Nazi yang lain adalah arti dari kemurnian ras. Pada tanggal 15
September 1935, Hitler memperkenalkan dua hukum - disebut Hukum-Hukum
Nuremberg - ke Reichstag.
Hukum-hukum tersebut melarang pernikahan antara warga Jerman non-Yahudi dan
Yahudi, serta melarang mempekerjakan wanita non-Yahudi di bawah usia 45 tahun
di keluarga Yahudi. Hukum ini juga menghapus hak-hak kewarganegaraan Jerman
yang dipegang orang-orang "non-Arya". Kebijakan eugenika pertama Hitler menargetkan
anak-anak dengan cacat fisik dan mental dalam sebuah program bernama Action Brandt, lalu mengizinkan
program eutanasia untuk orang dewasa dengan cacat fisik dan mental yang
sekarang bernama Action T4.
Gaya kepemimpinan
Hitler memimpin NSDAP secara otokratik dengan
menerapkan Führerprinzip ("prinsip pemimpin"). Prinsip ini bergantung
pada kepatuhan absolut semua bawahannya kepada pimpinan mereka; sehingga ia
melihat struktur pemerintahan sebagai sebuah piramida, dengan dirinya – pemimpin mutlak – di puncak. Pangkat
dalam partai tidak ditentukan oleh pemilihan umum – jabatan diisi melalui penunjukkan
oleh pangkat yang lebih tinggi, yang menuntut kepatuhan tanpa pernyataan
terhadap keinginan sang pemimpin. Gaya kepemimpinan Hitler adalah
memberikan perintah berlawanan terhadap bawahannya dan menempatkan mereka pada
jabatan-jabatan tempat tugas dan tanggung jawab mereka saling bertindihan agar
"orang yang lebih kuat menjalankan pekerjaannya". Dengan cara ini,
Hitler mendorong saling tidak percaya, persaingan, dan perkelahian di antara
bawahannya demi mengonsolidasi dan memaksimalkan kekuasaannya. Kabinetnya tidak
pernah rapat setelah tahun 1938, dan ia meminta para menterinya tidak bertemu
secara pribadi. Hitler biasanya tidak memberi perintah tertulis; ia
memberitahunya secara verbal atau disampaikan melalui rekan dekatnya, Martin Bormann.
Ia memercayakan semua dokumennya, penunjukannya, dan
kekayaan pribadinya ke Bormann dan Bormann memanfaatkan jabatannya untuk
mengendalikan arus informasi dan akses ke Hitler.
Hitler secara pribadi membuat semua keputusan militer
besar. Sejarawan yang menilai kinerjanya setuju bahwa setelah awal yang kuat,
ia semakin tidak fleksibel setelah 1941 sehingga ia menyia-nyiakan kekuaran
militer yang dimiliki Jerman. Sejarawan Antony
Beevor berpendapat bahwa
saat perang pecah, "Hitler adalah pemimpin yang terinspirasi, karena
kejeniusannya terletak pada menilai kelemahan orang lain dan memanfaatkan
kelemahan tersebut." Akan tetapi, sejak 1941 sampai seterusnya, "ia
menjadi sangat sklerotik. Ia tidak mengizinkan kemunduran atau fleksibilitas
dalam bentuk apapun di antara komandan lapangannya, dan hal tersebut sangat
menghancurkan."
Warisan
Dampak Nazisme dan Neo-Nazisme
Peristiwa bunuh diri Hitler dianggap para sejarawan
kontemporer sebagai "mantra" yang dipatahkan. Menurut sejarawan John Toland, tanpa pemimpinnya,
Sosialisme Nasional "meledak bagaikan gelembung."
Aksi Hitler dan ideologi Nazi hampir dianggap
secara universal sebagai sesuatu yang sangat imoral; menurut sejarawan Ian Kershaw,
"Belum pernah terjadi dalam sejarah kerusakan semacam itu—secara fisik dan
moral—dikaitkan dengan nama satu orang saja." Program politik Hitler
mengakibatkan pecahnya perang dunia, meninggalkan Eropa Timur dan Tengah yang
hancur dan miskin. Jerman sendiri mengalami kehancuran menyeluruh yang dijuluki
"Jam Nol". Kebijakan Hitler mengakibatkan
penderitaan manusia dalam skala yang luar biasa; menurut R.J.
Rummel, rezim Nazi
bertanggung jawab atas pembunuhan demosida terhadap sekitar 21 warga sipil
dan tahanan perang.
Selain itu, 29 juta tentara dan warga sipil tewas
akibat aksi militer di teater Eropa pada Perang
Dunia II, dan peran Hitler
dideskripsikan sebagai, "... perancang utama perang yang mengakibatkan 50
juta orang tewas dan jutaan lainnya meratapi kematian mereka ..." Para sejarawan,
filsuf, dan politikus sering memakai kata "iblis" untuk
menyebut rezim Nazi. Banyak negara Eropa mengkriminalisasikan dukungan terhadap Nazisme dan penolakan
Holocaust.
Sejarawan Friedrich Meinecke menyebut Hitler sebagai
"salah satu contoh terhebat kekuatan tunggal dan luar biasa seseorang
sepanjang kehidupan sejarah". Sejarawan Inggris Hugh
Trevor-Roper memandangnya sebagai
"salah seorang 'penyederhana sejarah yang buruk', sosok penakluk dunia
yang paling sistematis, paling bersejarah, paling filosofis, tetapi paling
kasar, paling kejam, paling tidak murah hati yang pernah diketahui umat
manusia." Bagi sejarawan John M. Roberts, kekalahan Hitler
menandakan akhir fase sejarah Eropa yang didominasi Jerman. Sebagai penggantinya,
muncullah Perang Dingin, sebuah konfrontasi
global antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Pandangan agama
Hitler melihat gereja penting secara politik, sebagai
suatu pengaruh konservatif terhadap masyarakat. Ia merasa jika gereja
dihancurkan, umat beragama akan beralih ke mistisisme, yang ia anggap sebagai
kemunduran politik dan budaya. Meski ia tidak pernah meninggalkan Gereja
Katolik secara resmi, ia tidak punya kedekatan sejati dengan gereja. Setelah meninggalkan
kampung halaman, ia tidak pernah lagi menghadiri misa atau menerima sakramen. Ia lebih menyukai
aspek Protestanisme yang pas dengan
pandangan-pandangannya dan mengadopsi sebagian elemen organisasi hierarkis, liturgi, dan fraseologi
Gereja Katolik dalam politiknya.
Secara publik, Hitler sering memuji warisan Kristen dan
budaya Kristen Jerman, dan memilih kepercayaan terhadap Yesusu
Kristus "Arya" – seorang Yesus yang
memerangi umat Yahudi. Ia berbicara tentang
interpretasinya terhadap Kristen sebagai motivasi utama antisemitismenya,
sambil berkata, "Sebagai seorang Kristen aku tidak berhak mengizinkan
diriku dibohongi, namun aku berhak menjadi seorang pejuang kebenaran dan
keadilan." Secara pribadi, ia lebih kritis
terhadap Kristen tradisional, menganggapnya sebuah agama yang pas dianut para
budak; ia menyukai kekuatan Roma, tetapi kasar terhadap ajarannya. Sejarawan John S. Conway menyebutkan bahwa
Hitler memiliki "antagonisme mendasar" terhadap gereja-gereja
Kristen.
Dalam hubungan politik dengan gereja, Hitler mengambil
strategi "yang pas dengan tujuan-tujuan politiknya". Menurut laporan US Office of Strategic Service, Hitler memiliki sebuah rencana umum, bahkan sebelum
berkuasa, untuk menghancurkan pengaruh gereja Kristen di dalam Reich. Laporan berjudul
"The Nazi Master Plan" itu menyatakan bahwa penghancuran gereja
adalah tujuan gerakan tersebut sejak awal, namun tidak cukup untuk
mengekspresikan posisinya yang ekstrem secara publik. Tujuannya, menurut Bullock,
adalah menunggu sampai perang berakhir, lalu menghancurkan pengaruh Kristen.
Hitler menyukai tradisi militer Muslim, namun tetap
menganggap bangsa Arab sebagai "ras inferior". Ia percaya bahwa
bangsa Jerman, seperti umat Islam, bisa menguasai sebagian besar dunia pada Abad Pertengahan. Meski Himmler
tertarik pada hal-hal gaib, penerjemahan sajak, dan melacak akar prasejarah
bangsa Jermanik, Hitler justru lebih pragmatis dan ideologinya terpusat pada
hal-hal yang lebih praktis.
Kesehatan
Banyak peneliti berpendapat bahwa Hitler menderita sindrom usus mudah iritasi, luka kulit, detak
jantung tidak tetap, penyakit Parkinson, sifilis dan tinnitus. Dalam sebuah
laporan untuk Office of Strategic Services tahun 1943, Walter
C. Langer dari Universitas Harvard menyebut Hitler sebagai seorang "psikopat neurotik."
Sejumlah teori seputar kondisi medis Hitler sulit dibuktikan, dan menurut
mereka terlalu banyak bebannya jika mengaitkan sejumlah peristiwa dan akibat
Reich Ketiga dengan kesehatan fisik seseorang yang mungkin buruk. Kershaw merasa lebih
baik mengambil pandangan yang lebih luas terhadap sejarah Jerman dengan menilai
dorongan sosial apa yang menciptakan Reich Ketiga dan kebijakan-kebijakannya,
alih-alih mencari penjelasan sempit tentang Holocaust dan Perang Dunia II dari
satu orang saja.
Hitler mengikuti pola makan vegetarian. Pada acara-acara
sosial ia kadang mengutarakan pernyataan menjijikkan tentang penyembelihan
hewan agar tamu-tamunya menghindari daging. Ketakutan terserang kanker
(penyebab ibunya meninggal dunia) adalah alasan pola makan Hitler
yang paling terkenal. Selaku seorang antipembedahan, Hitler mungkin memilih pola
makan selektif karena masih menghargai hewan.
Bormann memiliki sebuah rumah kaca di dekat Berghof dekat (Berchtesgaden) untuk menjamin
suplai stabil buah-buahan dan sayuran segar untuk Hitler sepanjang perang.
Hitler menjauhi alkohol dan bukan perokok. Ia
mempromosikan kampanya antimerokok yang agresif di seluruh Jerman. Hitler mulai sering
memakai amfetamin setelah 1937 dan
menjadi pecandu pada musim gugur 1942. Albert Speer mengaitkan pemakaian
amfetamin ini dengan keputusan Hitler yang semakin tidak fleksibel (misalnya,
tidak pernah mengizinkan militer mundur dari medan perang).
Dengan 90 jenis obat-obatan sepanjang perang, Hitler
mengonsumsi banyak pil setiap hari karena masalah lambung kronis dan penyakit
lain. Ia menderita kerusakan gendang telinga akibat ledakan bom 20 Juli 1944 dan 200 serpihan kayu harus
diangkat dari kakinya.
Rekaman berita Hitler memperlihatkan getaran pada
tangannya dan gaya jalannya yang pincang, yang sudah ada sejak sebelum perang
dan memburuk sampai akhir hayatnya. Dokter pribadi Hitler, Theodor Morell, merawat Hitler
dengan sebuah obat yang sering dipakai untuk menangani penyakit Parkinson pada
tahun 1945. Ernst-Günther Schenck dan beberapa dokter lain yang bertemu Hitler pada
minggu-minggu terakhir hidupnya juga menyimpulkan Hitler menderita penyakit
Parkinson.
Keluarga
Hitler menciptakan citra publik sebagai sosok selibat
tanpa kehidupan rumah tangga, mendedikasikan seluruh hidupnya untuk misi politik
dan bangsanya. Ia bertemu
kekasihnya, Eva Braun, pada tahun 1929, dan menikahinya pada
April 1945. Pada bulan September
1931, separuh-keponakannya, Geli Raubal, bunuh diri dengan pistol Hitler
di apartemennya di Munich. Tersebar rumor bahwa Geli terlibat dalam hubungan
romantis dengan Hitler dan kematiannya menjadi sumber kesedihan mendalam yang
bertahan lama Paula Hitler, anggota keluarga terakhir yang masih hidup,
meninggal dunia tahun 1960.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar. Berupa saran, kesan dan kritik membangun.