Tulisan
ini saya comot dari berbagai sumber. Saya edit di sana-sini, untuk pembaca
sekalian. Namun tak berdosa pula bila pembaca juga melakukan cross
check dari sumber-sumber lainnya. Monggo........... #admin#
Slobodan Milošević |
Masa muda
Milošević
adalah seorang Serbia Montenegro, yang
dilahirkan di Požarevac-Yugoslavia, pada saat pendudukan oleh Negara-negara
AS. Ayahnya,
Svetozar Milošević, melakukan bunuh diri ketika Slobodan masih di sekolah
menengah. Kabarnya, ayahnya
pernah belajar untuk menjadi imam di gereja ortodoks, namun ia tidak pernah ditasbihkan. Ibu Slobodan, Stanislava Milošević,
menggantung dirinya sepuluh tahun kemudian. Slobodan menikah dengan Mirjana
Marković (mereka
mempunyai seorang anak laki-laki, Marko, dan anak perempuan, Marija).
Pada 1959, Milošević bergabung dengan Partai
Komunis (juga dikenal
sebagai Liga Komunis). Milošević juga belajar ilmu hukum di Universitas
Beograd (lulus pada 1964), dan di sana ia bertemu dengan Ivan
Stambolić, seorang
pemuda yang sedang naik daun di lingkungan Partai Komunis Yugoslavia. Sesuai
dengan langkah-langkah mentornya, Milošević belakangan menuduh Stambolić
"telah mengkhianati perjuangan Serbia". Sejak 1969 ia menjadi wakil CEO Tehnogas, sebuah
perusahaan dengan Stambolić sebagai CEO-nya. Ketika Stambolić menjadi pemimpin
Partai Komunis Serbia (1973), Milošević menggantikannya sebagai CEO Tehnogas. Ia bekerja di sana
hingga 1978 ketika ia
menerima jabatan sebagai ketua Beogradska Banka (Bank Beograd). Sesekali ia
tinggal di New York sebagai
perwakilan resmi bank itu di luar negeri, dan akhirnya ia meninggalkannya pada 1983 untuk mengabdikan dirinya sepenuhnya dalam
politik.
Naik ke Panggung Kekuasaan
Setelah
terpilih sebagai presiden dari Komite Kota Beograd dari Liga Komunis pada April 1984, Milošević secara terbuka menentang
nasionalisme dan menghalangi penerbitan sebuah buku yang mengandung tulisan Slobodan
Jovanović, seorang
sejarahwan Serbia terkemuka, profesor hukum, dan politikus nasionalis pada awal
abad ke-20. Milošević juga membela agar Marxisme tetap dipertahankan sebagai sebuah mata
pelajaran sekolah dan secara terbuka mengecam para remaja Beograd karena
sedikit yang muncul pada Hari Pemuda Komunis. Menurutnya, ketidakhadiran mereka
"mencemari" watak dan karya Tito.
Pada April 1987
Milošević muncul sebagai kekuatan yang menonjol dalam politik Serbia. Posisi politiknya kadang-kadang disebut nasionalis, meskipun sosialisme dan internasionalisme juga kadang-kadang menjadi ciri
ideologinya. Belakangan tahun itu, ketika berbicara di depan khalayak Serbia di Kosovo yang berkumpul untuk memprotes kebrutalan
polisi, ia mengatakan kepada mereka bahwa "Tak seorang pun yang boleh
memukul kalian!" Pernyataan ini ditafsirkan para kritiknya sebagai
petunjuk dari nasionalismenya. Yang lainnya mengklaim bahwa, sebagai wakil
politik, ia memberikan keyakinan kepada massa bahwa ia tidak akan membiarkan
begitu saja pelanggaran terhadap hak-hak asasi mereka. Namun itu adalah kali
pertama sejak Perang Dunia II bahwa seorang
pejabat Partai Komunis secara terbuka memihak suatu kelompok etnis tertentu.
Stambolić belakangan berkata bahwa "ia menganggap hari itu sebagai akhir
dari Yugoslavia".
Sementara itu,
Stambolić terpilih sebagai pemimpin partai dari bagian Serbia dari Liga
Komunis. Pada September 1987, ia menjadi Presiden Serbia. Ia mendukung Milošević dalam pemilihan
sebagai ketua partai yang baru, dan hal ini menimbulkan rasa cemas di antara
para tokoh senior partai. Selama tiga hari Stambolić membela Milošević sebagai
pemimpin, dan berhasil memenangkannya dengan suara tipis. Ini adalah pemilihan
yang paling ketat dalam sejarah pemilihan internal Partai Komunis Serbia.
Dragiša Pavlović,
pengganti Milošević yang cukup liberal di pucuk pimpinan Komite Beograd partai,
menentang kebijakan Milošević terhadap orang-orang Serbia Kosovo. Ia
menyebutnya "janji yang diberikan dengan terburu-buru". Berlawanan
dengan nasihat yang diberikan Stambolić, Milošević mengecam Pavlović yang
dianggapnya terlalu lunak terhadap kaum radikal Albania. Pada 23-24 September, selama sebuah sesi Komite Sentral
Komunis yang berlangsung 32 jam yang disiarkan langsung di televisi negara,
Milošević berhasil membuat Pavlović tersingkir. Karena merasa malu dan tertekan
oleh para pendukung Milošević, Stambolić mengundurkan diri beberapa hari
kemudian.
Pada Februari
1988, pengunduran diri Stambolić dinyatakan resmi, dan memungkinkan Milošević
mengambil jabatannya sebagai Presiden. Dua belas tahun kemudian, pada musim
panas 2000, Stambolić diculik; mayatnya ditemukan pada 2003 dan Milošević
dituduh telah memerintahkan pembunuhannya. Pada 2005, sejumlah anggota polisi
rahasia dan geng kriminal
Serbia dinyatakan bersalah di Beograd atas sejumlah pembunuhan, termasuk
pembunuhan Stambolić.
Milošević
menghabiskan sebagian besar tahun 1988 dan 1989 untuk memusatkan perhatian pada
politiknya di sekitar "masalah Kosovo". Bawahannya menyelenggarakan
demonstrasi-demonstrasi umum – apa yang disebut "revolusi
antibirokrat" – yang menyebabkan tersingkirkannya pimpinan terpilih Vojvona (6 Oktober 1988), Montenegro (10 Januari 1989) dan akhirnya Kosovo sendiri (pada Februari-Maret 1989). Azem Vlasi, pemimpin mayoritas Kosovo Albania,
ditangkap; campur tangan polisi khusus pada pemogokan para buruh tambang Staritrg yang terjadi kemudian menyebabkan kematian 32 orang.
Pada 28 Maret 1989, Dewan
Nasional Serbia, di bawah
kepemimpinan Milošević, mengamandemen Konstitusi Republik Sosialis Serbia dan
mengurangi otonomi dua provinsinya. Tiga bulan kemudian, pada Vidovdan (hari St. Vitus) dan peringatan ke-600 Pertempuran
Kosovo, Milošević
berbicara di depan kerumunan besar rakyat yang berkumpul di tempat yang konon
merupakan tempat berlangsungnya pertempuran itu. Di antaranya ia mengatakan:
"Kita kembali terlibat di dalam pertempuran dan menghadapi pertempuran.
Bukan pertempuran bersenjata, meskipun tidak berarti pertempuran bersenjata
tidak akan terjadi."
Kata-kata ini
dianggap secara umum sebagai permulaan resmi dari kampanye nasionalis Serbia,
sebuah unsur yang menentukan dari Perang Yugoslavia yang pecah beberapa tahun kemudian. Para
pembela Milošević mengklaim bahwa pidato itu mengagung-agungkan kesatuan di
antara semua rakyat di Serbia, sambil menunjukkan kepada pernyataan-pernyataan
lain di dalam pidato Milošević seperti misalnya:
"Pada dasarnya, seluruh negara kita ini harus dibangun berdasarkan
prinsip-prinsip seperti itu. Yugoslavia adalah sebuah komunitas multinasional
dan ia hanya dapat bertahan di bawah kondisi-kondisi kesetaraan penuh bagi
semua bangsa yang hidup di dalamnya."
"Hubungan-hubungan yang sederajat dan harmonis di antara bangsa-bangsa
Yugoslavia adalah syarat yang perlu bagi keberadaan Yugoslavia dan agar negara
ini dapat keluar dari krisis ini."
Milošević
menutupnya dengan mengatakan:
"Biarlah kenangan heroisme Kosovo hidup selama-lamanya! Hidup Serbia!
Hidup Yugoslavia! Hidup perdamaian dan persaudaraan antara semua bangsa!"
Kepresidenan
Slobodan
Milošević mula-mula terpilih sebagai Presiden Serbia oleh Dewan
Nasional pada 1989.
Pada Kongres
ke-14 Liga Komunis Yugoslavia pada Januari 1990, delegasi Serbia yang dipimpin oleh Milošević mendesak
agar Konstitusi 1974
dikembalikan – yang mengandung
kebijakan yang memberikan kekuasaan kepada republik-republik Yugoslavia –
ketimbang memperkenalkan kebijakan "satu orang, satu suara", yang
akan memberdayakan penduduk mayoritas, orang-orang Serbia. Hal ini menyebabkan
delegasi Slovenia dan Kroasia (yang masing-masing dipimpin oleh Milan Kučan dan Ivica Račan) meninggalkan
Kongres sebagai protes dan menandai memuncaknya perpecahan dalam partai yang
berkuasa di Yugoslavia.
Milošević
memimpin transformasi Liga Komunis Serbia menjadi Partai
Sosialis Serbia (Juli 1990) dan
diterimanya sebuah Konstitusi Serbia yang baru (September 1990) yang
memungkinkan diadakannya pemilu langsung dengan presiden yang memiliki
kekuasaan yang lebih besar. Milošević kemudian terpilih kembali sebagai
presiden dari Republik Serbia dalam pemilu langsung Desember 1990 dan Desember 1992.
Dalam pemilu
parlementer pertama yang bebas pada Desember 1990, Partai Sosialis Milošević
memenangkan 80,5% suara. Etnis Albania di Kosovo pada umumnya membokot pemilu
itu, dan praktis melenyapkan oposisi yang paling sedikit pun yang dihadapi
Milošević sebelumnya. Milošević sendiri memenangkan pemilu kepresidenan dengan
persentase suara yang jauh lebih besar lagi.
Naiknya
Milošević ke panggung kekuasaan terjadi di tengah-tengah berkembangnya
nasionalisme di semua republik bekas Yugoslavia setelah runtuhnya pemerintah komunis di seluruh Eropa timur. Yang perlu dicatat, orang-orang Slovenia memilih sebuah pemerintahan nasionalis di
bawah Milan Kučan, dan orang-orang Kroasia melakukan hal yang sama dengan Franjo Tuđman. Kaum politikus Bosnia juga berorientasi nasionalis.
Yugoslavia yang
sosialis pada waktu itu diperintah oleh sebuah Kepresidenan dengan delapan
orang anggota dan empat di antaranya cenderung mendukung gagasan-gagasan
Slobodan Milošević (seperti misalnya pengumuman undang-undang
darurat), sementara
empat lainnya cenderung menentang. Karena keputusan-keputusan penting pada
akhirnya macet, kepala negara pun tidak berfungsi.
Pada Juni 1991,
Slovenia dan Kroasia memisahkan diri dari federasi, diikuti oleh republik
Makedonia (September 1991), menusul Bosnia dan Herzegovina (Maret 1992). Minoritas Serbia yang besar di
Kroasia (580.000) dan Bosnia (1,36 juta) menuntut untuk tinggal di Yugoslavia
berdasarkan hak untuk memutuskan nasib sendiri yang diklaim oleh
tetangga-tetangga Kroasia dan Muslim (Bosnia) mereka.
Orang-orang
Serbia di Kroasia mulai
mengorganisir otonomi
mereka sendiri sejak pertengahan 1990, dan mereka didukung dalam hal ini oleh
pemerintah Yugoslavia. Sepanjang 1991 dan awal 1992, bersama-sama dengan Tentara
Rakyat Yugoslavia, mereka
terlibat dalam perang melawan pemerintah Kroasia. Pemimpin Serbia pertama di
Kroasia, Milab Babič, telah
menyatakan bahwa Milošević bertanggung jawab untuk semua ini, sementara
penggantinya Goran Hadžić secara terbuka
membanggakan dirinya bahwa dia adalah "perpanjangan tangan Slobodan
Milošević".
Pada 1992, hal
serupa terjadi di Bosnia Herzegovina, ketika
Tentara Rakyat Yugoslavia memindahkan sebagian besar pasukan-pasukannya ke
sana. Pada 1995, Milošević ikut perundingan dalam Kesepakatan
Dayton atas nama
orang-orang Serbia Bosnia (sama halnya dengan apa yang dilakukan Tuđman untuk orang-orang Kroasia Bosnia). Ketika
perjanjian itu akhirnya menghentikan peperangan di Bosnia, Milošević dipuji
oleh Dunia Barat sebagai salah satu tiang perdamaian Balkan.
Jatuhnya Kepresidenan
Pada 4 Pebruari 1974, Milošević mengakui kemenangan oposisi
pada sejumlah pemilu lokal, setelah sebelumnya menolak hasilnya selama 11
minggu.
Meskipun secara
konstitusional jabatannya sebagai Presiden Serbia dibatasi dua masa jabatan, pada 23
Juli 1997, Milošević
menduduki jabatan presiden Federasi
Yugoslavia (saat itu terdiri dari Serbia dan Montenegro). Tindakan-tindakan bersenjata oleh
kelompok-kelompok separatis Albania dan tindakan balasan oleh polisi dan
militer Serbia di wilayah Serbia yang tadinya otonom (dan 90% terdiri dari
orang Albania) di provinsi Kosovo memuncak dengan peperangan pada 1998, serangan-serangan
udara NATO terhadap Republik Federal
Yugoslavia antara Maret
dan Juni 1999, dan akhirnya semua pasukan keamanan Yugoslavia ditarik mundur
sepenuhnya dari provinsi itu.
Selama Perang Kosovo Milošević dikenai tuduhan pada 27 Mei 1999, atas kejahatan perang dan kejahatan
kemanusiaan yang dilakukan
di Kosovo. Ia diadili
hingga kematiannya di International Criminal Tribunal for the
Former Yugoslavia, yang
dinyatakannya tidak legal, karena dibentuk berlawanan dengan anggaran dasar
PBB.
Menurut
konstitusi Yugoslavia pemilu harus dilangsungkan dalam dua putaran, dan putaran
kedua diikuti oleh dua kandidat dengan suara terbanyak. Hasil-hasil resmi
menunjukkan bahwa Koštunica unggul atas Milošević namun suara yang diperolehnya
kurang dari 50%. Menurut jajak pendapat, para pendukung dari semua kandidat
kecil akan dialihkan kepada Milošević, demikian pula suara orang-orang yang
sebelumnya abstain pada putaran pertama, namun menentang oposisi yang didukung
oleh kekuatan NATO.
Milošević
menolak klaim pihak oposisi yang menyatakan bahwa mereka telah memenangi
putaran pertama pada September 2000. Hal ini menyebabkan terjadinya demonstrasi
besar-besaran di Beograd pada 5 Oktober dan runtuhnya kewibawaan pemerintah.
Pemimpin oposisi Vojislav Koštunica akhirnya menjabat sebagai presiden
Yugoslavia pada 6 Oktober ketika
Milošević secara terbuka mengakui kekalahannya. Ironisnya, Milošević kehilangan
kendali kekuasaannya setelah kalah dalam pemilu yang dijadwalkannya sebelum
mandatnya berakhir, dan yang sesungguhnya tak perlu dimenangkannya untuk dapat
bertahan dalam kekuasaan yang terpusat pada parlemen yang dikuasai oleh
partainya dan rekan-rekannya. Kejatuhan Milošević disebut Revolusi
Bulldozer.
Setelah
dikeluarkannya perintah untuk penangkapannya oleh penguasa authorities atas
tuduhan-tuduhan korupsi/penyalahgunaan kekuasaan, Milošević akhirnya menyerah
kepada pihak keamanan pada 31 Maret 2001. Pada 28 Juni tahun yang sama, Milošević dipindahkan
oleh pejabat-pejabat pemerintah dari Yugoslavian ke tahanan PBB di dalam wilayah Bosnia. Kemudian ia
dipindahkan ke International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia, meskipun Konstitusi secara eksplisit
melarang ekstradisi warga negara Yugoslavia. Koštunica secara resmi menentang
pemindahan ini.
Pengadilan
Setelah
dipindahkannya Milošević, tuduhan-tuduhan awal berupa kejahatan perang di
Kosovo ditambah dengan tuduhan-tuduhan genosida di Bosnia dan kejahatan perang di Kroasia. Pada 30 Januari 2002, Milošević menuduh bahwa pengadilan
penjahat perang itu melakukan "serangan jahat dan penuh permusuhan"
terhadap dirinya. Pengadilan dimulai di Den Haag pada 12 Pebruari 2001, dengan Milošević membela dirinya sendiri
sementara menolak untuk mengakui keabsahan yurisdiksi pengadilan itu.
Slobodan Milošević di pengadilan Denhaag |
Popularitasnya
di antara orang-orang Serbia dan Yugoslavia kembali meningkat tajam begitu
pengadilan itu dimulai, karena para pendukungnya memandangnya sebagai cemoohan
terhadap keadilan dan pelanggaran terhadap kedaulatan nasional.
Milošević
mempunyai sebuah tim di Beograd yang menolongnya, seringkali mengirimkan
kepadanya informasi yang didapat dari arsip-arsip polisi rahasia. Orang-orang dalam di Serbia seringkali
mendukung sudut pandangan Milošević, sementara saksi-saksi Bosnia dan Kroasia
menawarkan banyak kesaksian yang mendukung tuduhan-tuduhannya. Pengadilan ini
harus membuktikan bahwa Milošević mempunyai tanggung jawab komando di Kroasia
dan Bosnia, setidak-tidaknya secara de facto, karena secara resmi sebagai Presiden Serbia pada saat itu ia tidak berkuasa.
Pengaruhnya mungkin telah melampaui tugas-tugas resminya, namun tidak ada
catatan tentang semua itu.
Milošević
sendiri tidak dianggap oleh sejumlah orang sezamannya sebagai seorang nasionalis radikal (meski pun sebagian pengikutnya termasuk). Retorika Milošević tidak menggunakan ucapan-ucapan
yang mengandung kebencian.
Pada suatu saat
di masa perang Yugoslavia, Serbia
menolak kerja sama lebih jauh dengan orang-orang Serbia Kroasia (Republik Serbia
Krajina), dan juga
dengan orang-orang Serbia Bosnia (Republika Srpska, pada 1993, ketika Serbia menutup
perbatasan di sungai Drina. Setelah
Persetujuan Dayton pada 1995, partai radikal) kaum nasionalis Serbia (Vojislav Šešelj menjadi lawan-lawannya yang paling kuat,
hingga 1998 ketika mereka bergabung dengan partainya dalam suatu pemerintahan
koalisi.
Pengadilan ini
sendiri masih merupakan masalah kontrovesial dan telah menampilkan banyak
kesaksian yang bertentangan dan aneh, yang dipandang oleh banyak pihak
mendukung teori penyelubungan dan ketidakjujuran dari pihak-pihak yang
belawanan. Misalnya:
- pernyataan
oleh William Walker, bekas duta besar AS di El Salvador selama
perang itu, bahwa ia tidak ingat menelepon sejumlah pejabat senior AS
untuk mengatakan bahwa, di Racak, ia telah menemukan pembenaran untuk perang
NATO, tetapi ia tidak menyangkal bahwa pejabat-pejabat yang mengatakan
bahwa mereka telah menerima teleponnya menceritakan kebenaran,
- kesaksian oleh Jenderal Wesley Clark bahwa Milošević telah secara pribadi mendekatinya pada sebuah konferensi untuk mengakui bahwa ia mengetahui sebelumnya tentang rencana pembantaian Srebrenica dan dalam bukti yang sama bahwa NATO tidak mempunyai kaitan dengan KLA,
- pernyataan oleh Rade Marković bahwa sebuah pernyataan tertulis yang telah dibuatnya yang melibatkan Milošević didapatkan daripadanya melalui tekanan yang setara dengan siksaan oleh sejumlah perwira NATO yang disebutkan namanya.
- pernyataan oleh Lord Owen (pengarang Rencana Vance Owen) bahwa Milošević adalah satu-satunya pemimpin yang secara konsisten telah mendukung perdamaian dan bahwa bentuk rasisme apapun di matanya adalah suatu "anatema".
Jaksa penuntut
membutuhkan dua tahun untuk menyampaikan tuntutannya pada bagian pertama dari
pengadilan itu, yang mencakup perang di Kroasia, Bosnia dan Kosovo. Sepanjang
dua tahun itu, proses peradilan ini diikuti dengan cermat oleh masyarakat dari
republik-republik bekas Yugoslavia karena mencakup berbagai kejadian penting dari perang
tersebut serta melibatkan sejumlah saksi penting.
Milošević
semakin parah sakitnya sepanjang waktu ini (tekanan darah tinggi dan flu yang
parah), yang menyebabkan jeda dan pengadilan yang diperpanjang hingga
sekurang-kurangnya enam bulan. Pada awal 2004, ketika akhirnya ia muncul di
pengadilan untuk mulai menyampaikan pembelaanya (dengan menyebutkan lebih dari
1.200 orang saksi), kedua hakim ICTY memutuskan untuk menunjuk dua orang
pengacara sesuai dengan pandangan-pandangan kardiolog di pengadilan. Tindakan
ini ditentang oleh Milošević sendiri serta kedua pengacara Britania yang ditunjuk
mendampinginya.
Pada November
2004, bekas Perdana Menteri Sovyet, Nikolai Ryzhkov menjadi tokoh
penting pertama yang memberikan kesaksian yang meringankan. Ada anggapan bahwa bila diizinkan mengajukan
pembelaan, Milošević akan berusaha membuktikan bahwa serangan NATO atas
Yugoslavia adalah sebuah agresi, dan karena itu merupakan suatu kejahatan
perang di bawah undang-undang internasinoal dan bahwa, sementara mendukung KLA,
mereka sadar bahwa mereka telah mempraktekkan dan bermaksud untuk melanjutkan
genosida, yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. Bila tuntutan prima
facie atas kedua
klaim itu terbukti, ICTY secara hukum, berdasarkan kerangka acuannya sendiri,
harus menyiapkan tuduhan terhadap para pemimpin dari kebanyakan negara NATO,
meskipun Jaksa Penuntut telah menyimpulkan suatu “penelitian” terhadap para
pemimpin NATO.
Para Pendukung Milošević
Ada sejumlah
penulis dan wartawan yang mengatakan bahwa kejahatan dari tindakan-tindakan Milošević
selama Perang Saudara Bosnia telah dilebih-lebihkan untuk dijadikan pembenaran
bagi intervensi militer. Ilmuwan politik Michael
Parenti mengajukan
pembelaan terhadap Milošević, dan mengatakan bahwa tindakan-tindakan
orang-orang Serbia pada umumnya, secara sistematik telah dilebih-lebihkan oleh
media arus utama AS selama masa pengeboman NATO (lihat buku Parenti "To
Kill a Nation" untuk penjelasan lebih terinci).
Selain itu,
wartawati yang berbasis di Paris, Diana Johnstone menyatakan dalam bukunya, Fool's
Crusade, bahwa
tindakan-tindakan Milošević paling-paling marginal, dan tidak lebih parah
daripada kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Kroasia maupun
Muslim Bosnia, bahkan ia sampai menyatakan bahwa pembantaian Srebrenica tidak terjadi, dan hanya merupakan
rekayasa media. Namun ada yang menyatakan bahwa Johnstone adalah seorang teman
lama dari Mirjana Marković, istri Milošević.
Ilmuwan politik Edward
Herman (bekas rekan
penulis Noam Chomsky) secara
terbuka mendukung temuan-temuan Johnstone di dalam tinjauannya di dalam The
Fool's Crusade dalam Monthly Review setelah buku
itu terbit. Noam Chomsky sendiri tidak memberikan komentar tentang
keakuratan temuan-temuan Johnstone meskipun ia telah menyatakan bahwa ia
menyesal bahwa ia tidak cukup kuat mendukung bukunya ketika diterbitkan.
Komentar ini kemudian kabarnya didistorsikan oleh Emma Brockes, seorang wartawati, dalam sebuah
wawancara dengan Chomsky dalam The Guardian yang membuat seolah-olah Chomsky seniri
menyangkal pemabntaian Srebrenica. Sebagai
tanggapan Chomsky mengeluakan
sebuah surat terbuka kepada The Guardian yang isinya menuduh Brockes dan para
redakturnya telah membuat rekayasa The Guardian belakangan meminta maaf kepada Chomsky dan
mencabut kembali artikel itu dalam sebuah surat singkat.
Diana Johnstone belakangan membuat komentar di koran The Guardian dalam jurnal Alexander
Cockburn CounterPunch. Chomsky
tidak setuju dengan pandangan-pandangan Johnstone tentang Milošević, Serbia, atau pun Srebrenica khususnya,
tetapi ia kritis tentang campur tangan NATO dan telah menyatakan bahwa kampanye
itu dilakukan dengan pengetahuan sebelumnya bahwa pengeboman itu akan
meningkatkan kekejaman. Pandangan-pandangannya tentang topik ini dapat
ditemukan di dalam dalam bukunya The New Military Humanism.
Jurnalisme
investigatif profesor dari Universitas Pennsylvania Francisco
Gil-White tentang Baju Raja dan Penelitian
Histori dan Investigasi-nya mengungkapkan
dokumen-dokumen, yang diyakininya, mendukung bahwa klaim-klaim tentang tindakan
kriminal Milošević sebagai Presiden Yugoslavia dilebih-lebihkan, kalau tidak
malah direkayasa seluruhnya. Penelitiannya tentang hal ini dan berbagai topik
kontroversial lainnya telah menyebabkan ia dipecat dari Universitas.
Kematian
Milošević
ditemukan meninggal dunia di selnya pada 11 Maret 2006 di pusat tahanan pengadilan penjahat
perang PBB di Den Haag. Seorang pejabat di kantor jaksa penuntut
utama mengatakan bahwa Milošević ditemukan sekitar pk. 10 pagi hari Sabtu dan
tampaknya telah meninggal selama beberapa jam. Internasional
Criminal Tribunal for the Former Yogoslavia (ICTY) mengatakan bahwa Milošević telah
lama menderita masalah dengan jantungnya dan tekanan darah
tinggi. Peradilannya
mestinya dilanjutkan kembali pada 14 Maret dengan mendengarkan kesaksian dari bekas
presiden Montenegro, Momir Bulatović. Baru-baru ini pengadilan menolak
permintaannya untuk pergi ke Rusia untuk mendapatkan perawatan dokter spesialis. Ia merencanakan untuk naik
banding atas keputusan ini, karena katanya kondisinya semakin
memburuk. Kematiannya yang tampaknya disebabkan oeh hal-hal yang wajar,
diumumkan oleh Partai Sosialis Serbia, meski pun berbicara di depan kamera televisi di Den Haag, pengacara
Milošević, Zdenko Tomanović, menyatakan bahwa Milošević telah menyatakan
kekuatirannya bahwa ia diracuni, dan menuntut agar jenazahnya diotopsi di Rusia
dan bukan di Belanda. Permintaan untuk otopsi di Rusia ditolak oleh ICTY dan
jenazahnya dipindahkan ke Institut Forensik Belansa. Permintaan agar otopsi dihadiri oleh seorang ahli patologi dari Beograd
dikabulkan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar. Berupa saran, kesan dan kritik membangun.