Jumat, 08 November 2024

Memetik Pelajaran dari Kegagalan

Memetik Pelajaran dari Kegagalan Kekalahan bukanlah aib. Dan ketika semua orang bercerita tentang kemenangan, saya malah lebih suka bercerita tentang sebuah kekalahan. Terkadang kita berpikir, “Kalah. Ya, sudahlah. Berarti tidak bisa.” Namun kekalahan Kamala Harris, itu tidak sesederhana antara kalah dan menang. Lebih sebagai riwayat tentang perjuangan, representasi, dan mimpi yang dipunyai banyak orang. Terutama mereka yang merasa tidak pernah terlihat atau terdengar. Kamala itu bagai simbol untuk kebanyakan masyarakat Amerika yang betul-betul ingin adanya perubahan. Perempuan berkulit sawo matang yang sebelumnya menduduk posisi wakil Joe Biden ini, itu bukan hal yang biasa. Kamala Harris ini tidak hanya sebagai orang biasa yang beruntung mendapatkan posisi tinggi. Dia perempuan keturunan India-Jamaika, orang yang mungkin dulunya tidak dianggap, tapi ternyata bisa sampai pada titik tertinggi. Wakil Presiden Amerika Serikat ke-49. Perempuan pertama berkulit hitam itu telah melewati banyak rintangan. Bukan hanya persoalan gender, tapi juga soal ras. Banyak orang melihat, mantan Senator Amerika Serikat dari California (2017-2021) ini, sebagai wujud nyata dari banyak mimpi mereka. Jadi, andai Kamala kalah, hal itu seperti turut menghancurkan mimpi mereka yang selama ini banyak berharap pada dia. Tapi sebetulnya, kekalahan ini lebih dari sekadar kehilangan posisi. Ini adalah pembuktian kalau perubahan itu tidak bisa instan. Mungkin ya, kita tidak akan langsung dapat semua yang kita inginkan. Namun perjalanan Kamala, meski berakhir kalah, itu memberi pelajaran soal ketabahan dan ketegaran. Kekalahan dia, jadi pengingat untuk semua orang yang punya mimpi besar tapi sering kali jatuh. Bayangkan, perempuan yang lahir pada 20 Oktober 1964 di Oakland-California ini, sudah berjuang, sudah berdiri di panggung, sudah didukung oleh masyarakat yang ingin Amerika berubah. Dan meskipun akhirnya kalah, perjalanan Kamala tetap punya banyak arti. Bukan berarti karena kalah, akhirnya tidak ada perubahan. Malah, dia telah membuat setiap orang jadi sadar kalau ada yang masih perlu diperjuangkan di politik. Kesetaraan gender, representasi kulit berwarna, isu-isu sosial – itu semua tetap relevan dan layak untuk diperjuangkan, meski pun mungkin jalannya masih panjang. Apabila dilihat dari sudut pandang humanis, kekalahan Kamala Harris ini mengajarkan pada kita. Apabila gagal, itu bukan akhir segalanya. Ini hanya salah satu bagian dari hidup yang, mau tidak mau, pasti pernah kita lewatkan. Gagal itu cuma bagian kecil. Kecil. Tapi cara kita menghadapi kegagalan itulah yang membuat hidup ini lebih punya arti. Kamala memang kalah, tapi inspirasi yang dia tebarkan, tidak akan pernah hilang. Dia telah membuka pintu sangat lebar, untuk banyak orang seperti dia, yang selama ini tidak memilik suara atau tempat di politik. Siapa pun akan melihat Kamala sebagai sosok yang pernah berjuang untuk sesuatu yang besar, dan mungkin itu yang membuat kekalahan ini tidak sepahit sebagaimana mestinya. Bahkan, justru menjadi pembuka jalan untuk para perempuan di mana pun yang merasa terpinggirkan untuk berani berani bermimpi. Intinya, kekalahan mantan Jaksa Agung California periode 2011-2017 itu, telah mengingatkan siapa pun, bila impian tidak bisa diraih dalam sekali jalan. Perjuangan harus terus dijalankan, walau acap kali gagal. Siapa saja yang melihat Kamala dapat belajar kalau mimpi besar, tidak muncul begitu saja tanpa harga. Namun juga sering butuh waktu. Meski kalah, Kamala tetap dapat membuktikan kalau perempuan kulit berwarna, juga punya tempat di dunia yang selama ini didominasi kulit putih. Kekalahan itu cuma akhir sementara. Besok, atau lusa. Barangkali bakal ada Kamala-Kamala lain, yang dapat meneruskan misi yang dia mulai. Karena dalam dunia yang tidak sempurna ini, perjuangan selalu lebih penting ketimbang hasil akhir. Yang pasti. Menurut tetangga saya, “Kekalahan Kamala Harris membuktikan bahwa, rakyat Amerika belum sudi dipimpin seorang perempuan. Apa pun warna kulitnya.” Jakarta, 09 November 2024 Yoss Prabu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar. Berupa saran, kesan dan kritik membangun.

Hilangnya Budaya Saling Support

Hilangnya Budaya Saling Support Dulu, di sebuah kampung kecil yang dipenuhi sawah hijau dan angin sepoi-sepoi, ada budaya unik yang membuat...