Di Selasar kita bisa berdiskusi. Ramai-ramai atau sendiri. Boleh. Sambil minum kopi, merenung atau hanya sekedar berimajinasi, juga boleh. Atau sambil bermimpi dan masturbasi. Pun boleh-boleh saja. Terserah! Silakan saja. Suka-suka.
Selasa, 21 Januari 2025
White House Harus Tetap Putih
Kang Juhi, pedagang gorengan. Tinggal seorang diri, di sebuah kamar kontrakan, di pinggiran Jakarta. Namun ia bisa berada di mana saja, dan bertemu dengan siapa saja. Karena ia hanya semacam simbol yang mewakili suatu kelompok masyarakat marjinal, yang alam bawah sadarnya terkadang mengejawantah ke berbagai dimensi kehidupan. Kang Juhi mengamati lalu batinnya mengkritisi berbagai aspek kehidupan yang sering kali menyimpang menurut penalaran akal sehat Kang Juhi. Apakah penalaran batinnya bisa dipertanggungjawabkan? Perlu diskusi lebih lanjut. Karena ia hanya penjual gorengan, yang tak menarik perhatian. Dibutuhkan tatkala tak ada pilihan.
Namanya juga dongeng.
*
White House Harus Tetap Putih
Yoss Prabu
Meski cuma penjual gorengan, Kang Juhi pernah menonton satu film Hollywood. Di salah rumah tetangganya. Antara suka dan tidak suka tapi karena haus hiburan gratis, beliau terus menyimak film itu. Di mana dalam salah satu adegannya terdapat dialog: “Gedung putih harus tetap putih”. Begitu dari terjemahan yang tertera di layar televisi.
Lalu berikutnya, ia juga melihat dari layar televisi yang sama tentang pelantikan Presiden Donald Trump. Dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2024. Menyusul, berbagai komentar dari banyak pengamat - itu pun melalui layar kaca - bahwa peristiwa itu mencerminkan dinamika politik dan sosial yang kompleks di negeri Paman Sam, begitu katanya. Kemenangan itu tidak hanya menegaskan pengaruh kuat Trump dalam kancah politik AS, tetapi juga menggambarkan proses mendalam yang terus mewarnai masyarakat Amerika, kata yang lainnya.
Lalu gerimis komentar pun kian deras. Trump, dengan gaya komunikasinya yang blak-blakan dan sering kontroversial, selalu berhasil menarik perhatian dan dukungan dari kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu faktor utama di balik kemenangannya adalah kemampuannya untuk berbicara langsung kepada para pemilih yang merasa terpinggirkan oleh sistem politik tradisional. Dalam retorikanya, Trump terus menonjolkan narasi tentang kedaulatan nasional, perlindungan ekonomi domestik, dan perlawanan terhadap elite politik. Pesan-pesan ini kian menggema pada sebagian besar pemilih di wilayah pedesaan dan daerah-daerah yang menghadapi tantangan ekonomi.
Namun, lanjut yang lain. Kemenangan Trump juga tidak lepas dari tantangan dan banyak perdebatan. Dalam kampanyenya, ia kerap menghadapi kritik keras, baik dari pihak oposisi maupun media massa. Banyak pihak yang menilai bahwa retorika yang digunakan Trump memperburuk polarisasi di Amerika Serikat. Meski demikian, para pendukungnya melihat hal ini sebagai upaya untuk mengubah status quo yang selama ini dianggap tidak adil.
Fenomena ini juga menyoroti peran media sosial dalam membentuk opini publik. Trump, yang dikenal sebagai salah satu politisi paling aktif di media sosial, menggunakan platform-platform seperti Truth Social dan X (sebelumnya Twitter) untuk menyampaikan pesannya secara langsung kepada jutaan pendukungnya. Pendekatan ini memungkinkan Trump untuk memotong jalur komunikasi tradisional dan membangun hubungan yang lebih personal dengan para pemilih. Selain itu, strategi kampanye digitalnya yang terarah dan berbasis data juga memainkan peran penting dalam menggerakkan basis pendukungnya. Tambah yang lainnya.
Dari perspektif perkembangan masyarakat, kemenangan Trump mencerminkan adanya ketegangan antara modernitas dan tradisionalisme di Amerika Serikat. Kelompok pemilih yang mendukung Trump sering kali merasa bahwa nilai-nilai tradisional mereka terancam oleh perubahan sosial yang cepat, seperti peningkatan keadaan budaya masyarakat yang majemuk dan pergeseran norma-norma gender. Di sisi lain, banyak yang berpendapat bahwa kemenangan ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Amerika masih merasa tertinggal dalam hal ekonomi dan sosial, sehingga mereka mencari figur pemimpin yang dianggap mampu membawa perubahan nyata.
Makin seru. Katanya. Di tengah kemenangan ini, ada pula keprihatinan terhadap masa depan demokrasi di Amerika Serikat. Proses pemilihan tahun 2024 diwarnai oleh tuduhan kecurangan, persaingan sengit, dan meningkatnya ketidakpercayaan terhadap institusi-institusi demokrasi. Tantangan-tantangan ini menuntut perhatian serius dari para pemimpin politik dan masyarakat sipil untuk mencegah semakin dalamnya perpecahan di tengah masyarakat.
Kemenangan Trump juga memunculkan berbagai dugaan yang tidak sesuai kenyataan tentang arah kebijakan domestik dan internasional Amerika Serikat di masa depan. Di bidang kebijakan luar negeri, Trump kemungkinan akan kembali menekankan pendekatan "America First" yang menempatkan kepentingan nasional di atas kerja sama internasional. Sementara itu, di dalam negeri, kebijakan ekonomi pro-bisnis dan pengetatan imigrasi diperkirakan akan menjadi fokus utamanya.
Pada akhirnya, fenomena kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden 2024 bukanlah sekadar hasil dari strategi politik yang efektif, tetapi juga cerminan dari realitas sosial dan dinamika masyarakat Amerika yang sedang berubah. Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa demokrasi adalah cerminan kehendak rakyat, dengan segala kompleksitas dan tantangannya. Kini, tantangan terbesar bagi Amerika Serikat adalah bagaimana menjembatani perbedaan yang ada dan membangun masa depan yang inklusif bagi semua warganya.
Pada akhirnya, fenomena kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden 2024 bukanlah sekadar hasil dari strategi politik yang efektif, tetapi juga cerminan dari realitas sosial dan dinamika masyarakat Amerika yang sedang berubah. Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa demokrasi adalah cerminan kehendak rakyat, dengan segala kompleksitas dan tantangannya. Kini, tantangan terbesar bagi Amerika Serikat adalah bagaimana menjembatani perbedaan yang ada dan membangun masa depan yang inklusif bagi semua warganya.
Kang Juhi menarik napas.
*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
White House Harus Tetap Putih
Kang Juhi, pedagang gorengan. Tinggal seorang diri, di sebuah kamar kontrakan, di pinggiran Jakarta. Namun ia bisa berada di mana saja, dan ...
-
Romantisme di Balik Hujan November selalu punya keistimewaan. Bagi sebagian orang tentunya. Sebab ketika banyak yang beranggapan, No...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar. Berupa saran, kesan dan kritik membangun.