Debu-Debu Metropolitan VIII
Angin menyibak waktu. Menyisir
undakan debu tak berujung.
Waktu tak lelah bergulir.
Mengganti hari menjadi minggu,
mendepak bulan berganti tahun.
Debu-debu kian berterbangan
di cakrawala metropolitan,
memayungi belantara beton
yang kian angkuh.
Dingin dan merana.
Metropolitan ibarat kuali
raksasa,
tempat menggoreng lauk-pauk
hidangan para raja.
Yang muak dengan tahtanya
namun enggan bertukar
singgasana.
Di belakang sang paduka, antre
para pelawak
yang bertetes liur, menjilati
terompah
demi seiris kekuasaan semu.
Menawarkan humor-humor murahan,
yang kian tak lucu.
Lalu mengubah tafsir, beradu
asumsi.
Hingga memicu angkara
murka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar. Berupa saran, kesan dan kritik membangun.