Tampilkan postingan dengan label Resensi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Resensi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 November 2018

Ketika Srikandi Bersepeda

Judul : Ketika Srikandi Bersepeda
Penulis : Denik
Penerbit : Gong Publishing
Tempat Terbit : Serang
Tahun Terbit : 2018
Cetakan : Pertama, April 2018
Ukuran : 14,5 x 20 cm
Jumlah Halaman : xii, 107
ISBN : 978-602-6663-76-4
Harga : Tidak tercantum. Karena dibagi langsung oleh penulisnya.

Asyiknya Bersepeda

Apa pun dapat ditulis dan menjadi inspirasi bagi pembacanya. Seperti yang dilakukan Denik Erni, ia suka jalan-jalan bersepeda. Sebuah sepeda mini berwarna kuning keemasan. Yang ia beri nama Si Mas. Dengan sepedanya itu Denik mengunjungi berbagai wilayah untuk dapat melihat dan memenuhi hasrat keingintahuannya. Meski banyak kendala yang ia hadapi di perjalanan, namun wanita itu terus melaksanakan niatnya. Dan berhasil.

Menilik dari apa yang ia tulis dalam buku berjudul “Ketika Srikandi Bersepeda”, jelas sekali Denik ingin berbagi pengalaman tentang asyiknya bersepeda. Sambil berolahraga, ia juga bisa melaksanakan tujuan utamanya. Mengunjungi berbagai wilayah yang ia agendakan. Dan ternyata berhasil.

Nah, dari pengalaman bersepedanya itu ia tuang dalam tulisan dan dijadikannya sebuah buku. Sebuah buku nonfiksi yang dapat dikategorikan sebagai buku panduan perjalanan. Nyaris. Sekali lagi nyaris untuk dikatakan buku panduan. Karena sayangnya, Denik hanya bercerita tentang perjalanannya bersepeda untuk menuju sebuah tempat. Untuk menuju sebuah wilayah.

Sebab, ini juga sayangnya, Denik tidak mengupas lebih detil tentang wilayah-wilayah yang ia datangi. Ia hanya mengupas bagian “luarnya” saja. Tidak mengorek lebih jauh tentang kedalamannya. Padahal, itu dapat dilakukan dengan mewawancarai penjaga atau pengurus sebuah wilayah atau sebuah bangunan bersejarah. Atau barang kali juga bisa dilakukan dengan meminta pendapat dari para pakar sejarah tentang hal-hal lebih jauhnya tentang wilayah yang ia kunjungi.

Sekali lagi, ini memang buku pengalaman pribadi. Semacam sebuah catatan dalam buku harian yang diterbitkan. Supaya suatu ketika bisa dijadikan semacam kenangan.

Ada pula hal mengganjal yang kemudian bisa dinilai sebagai sebuah ketidaksinkronan, antara judul dan isinya. Sebuah judul, memang menjadi gaya tarik bagi para calon pembaca. Pada beberapa tulisan, terutama tulisan yang berbentuk news, sering kali sebuah judul menipu para pembacanya. Karena ada sebuah ketentuan yang telah menjadi sebuah wewenang. Urusan judul itu urusan penerbit, karena ada wilayah bisnis di dalamnya. Dan karena penerbitnya sedang kebanjiran order sehingga tidak memerhatikan isi buku.

Seperti pada buku “Ketika Srikandi Bersepeda”, penulis terkesan menonjolkan Si Mas sebagai sarana angkutannya. Terlihat dari setiap foto yang dipajang, lebih dominan ketimbang bidadari penulis yang diangkutnya.

Hal yang juga mengganggu dari buku ini, menjadi tidak nikmat ketika membacanya, banyaknya pemenggalan kata yang tidak tepat. Sehingga menjadi aneh ketika dibaca. Seperti satu contoh pada halaman 4 (empat), baris keempat dari bawah. Di sana ada kalimat, sesekali kend (lalu dipenggal dengan tanda -) dan dilanjutkan di bawahnya: -araan. Atau di halaman yang sama pada baris paling bawah. Terlihat, bert-, kemudian dilanjutkan dengan eduh. Dalam kosa kata Bahasa Indonesia tidak ada kata dasar “araan atau eduh”. Dan banyak lagi pada halaman berikutnya.

Hal di atas bisa saja terjadi karena masalah layout, tapi akan lebih elok apabila pemenggalan itu tidak mengubah arti kata. Petugas tata letak tidak hanya memikirkan posisi kalimat, yang apabila tidak dipenggal di sana maka akan ada jarak yang terlalu jauh, terkesan seperti dua atau tiga spasi, hingga membuat isi buku menjadi bolong. Tapi apakah tidak ada cara lain yang bisa digunakan hingga membuat kata menjadi terpenggal tidak semestinya. Pasti ada.

Karena membaca adalah sebuah kenikmatan. Lalu siapa pula yang kenikmatannya ingin terganggu.

Yoss Prabu
Tukang baca buku.

Debu-Debu Metropolitan

Jalanan sebagai orangtua haramnya juga telah mengendapkan ampas-ampas kerinduan untuk sebuah impian masa depan. Itong nyaris t...