Untung Jawa: pulaunya para Bek

Lupa-lupa ingat. Banyak lupanya. Saya pernah berkunjung ke Pulau Untung Jawa. Kalau tidak salah, sekitar tahun 2002. Waktu itu saya berangkat bertiga bersama teman. Hanya untuk refreshing saja.

Kami berangkat dari Tanjung Pasir, Tangerang-Banten. Naik perahu bermotor bersama rombongan lainnya. Tarifnya lupa. Pun ketika ada pertanyaan, kenapa harus berangkatnya dari Tanjung Pasir. Tak ada penjelasan. Bisa jadi karena dari Tanjung Pasir memiliki jarak tempuh terdekat menuju P. Untung Jawa.
Taman Wisata Bahari P. Untung Jawa (foto: httpsencrypted-tbn1.gstatic.com).

Nah, ini yang masih teringat. Tiba di Pulau Untung Jawa, suasananya sama dengan saat saya tiba di Tanjung Pasir. Bau air laut dan agak gersang. Waktu itu saya berpikir, kawasan ini hanya layak untuk berdarmawisata jika tak ada pilihan lain. Sebab apa yang hendak dinikmati, suasana alamnya pun biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa. Sama saja layaknya tepian pantai di daratan lain.

Namun apabila dibandingkan dengan pulau-pulau lain yang berada dalam kawasan Kepulauan Seribu, maka Pulau Untung Jawa memiliki perbedaan tersendiri. Sebab, pulau ini dulunya, semenjak negara ini masih dikangkangi penjajah Belanda, pernah dikuasai para Bek yang berasal dari daratan Pulau Jawa. Sebutan Bek, dapat diartikan sebagai lurah pada masa sekarang.


Sekitar 1920-an, tersebutlah 2 orang Bek. Pi'i dan Kasim. Mereka menguasai wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa dan bermukim di Pulau Kherkof (sekarang P. Kelor). Kedua Bek itu memimpin beberapa pulau. Di antaranya: Pulau Amiterdam (sekarang Pulau Untung Jawa), Pulau Middbur (Pulau Rambut, yang kemudian ditetapkan sebagai suaka margasatwa), Pulau Rotterdam (Pulau Ubi Besar), Pulau Sehiedam (Pulau Ubi Kecil), Pulau Purmerend (Pulau Sakit/Pulau Bidadari), Pulau Kherkof (Pulau Kelor), Pulau Kuiper (Pulau Cipir/Khayangan) dan Pulau Onrust (Pulau Kapal/Pulau Sibuk, masyarakat Jakarta biasa menyebut Pulau Undrus).

Ketika 1930-an terjadi abrasi di Pulau Kherkof, maka lurahnya waktu itu, Bek Marah, menganjurkan warganya yang tinggal di Pulau Kherkof untuk pindah ke Pulau Amiterdam. Perpindahan dilakukan dengan menggunakan kapal layar, dan penduduk asli di sana menerima pendatang baru dengan tangan terbuka. Di antara nama-nama asli penduduk Amiterdam tersebut antara lain Cule, Kemple, Derahman, Derahim, Selihun, Sa'adi, Saemin dll. Mereka menganjurkan agar segera memilih lahan untuk digarap. Maka Pulau Amiterdam pun berganti nama menjadi Pulau Untung Jawa, yang berarti keberuntungan bagi orang-orang dari daratan Pulau Jawa saat itu.

Ketika nama Amiterdam berakhir, maka berakhir pula kepemimpinan Bek Marah. Posisinya pun digantikan Bek Midih dengan masa jabatan kurang lebih 10 tahun. Seterusnya dilanjutkan Bek Markasan kemudian Bek Saenan.

Setelah Merdeka Sebutan Bek Berubah Menjadi Lurah
Bek Saenan, pada sekitar 1940-an menyarankan para warganya untuk bermukim di Pulau Ubi Besar. Karena P. Untung Jawa tengah diserang nyamuk besar-besaran. Namun penderitaan tidak hanya sampai di situ. Pasar Ikan Sunda Kelapa yang pada hari-hari biasa dijadikan tempat mencari kebutuhan pokok, kian hari situasinya semakin sulit. Hal itu akibat datangnya pasukan Nippon (Jepang) yang berusaha menanam kekuasaan di negeri ini.
Baru ketika pada 1945 Indonesia menyatakan merdeka, perubahan demi perubahan terjadi di seluruh pelosok negeri. Seluruh tampuk kekuasaan dipegang anak negeri dan berdampak pula pada wilayah Kepulauan Seribu. Termasuk sebutan "Bek" berubah menjadi Lurah. Bek Saenan pun digantikan lurah pertama, Lurah Maesan.
P. Untung Jawa sekarang (foto: detik.com)
Kian hari, Pulau Ubi Besar bukan hanya rusak digerus waktu namun juga akibat abrasi. Maka atas prakarsa Lurah Maesan dengan persetujuan pemerintah pusat, untuk kedua kalinya penduduk P. Ubi Besar kembali hijrah menuju Pulau Untung Jawa.
Akhirnya pada 13 Pebruari 1954. Lurah bersama penduduk mendirikan tugu peringatan kepindahan yang terletak di tengah Pulau Untung Jawa. Hingga kemudian mulai 2002, Pulau Untung Jawa dicanangkan sebagai Desa Wisata Nelayan.
Sekarang saya tidak tahu lagi bagaimana keadaan Pulau Untung Jawa-Kepulauan Seribu. Namun sebagai warga Jakarta yang menyintai pesona alamnya, berharap agar Kepulauan Seribu betul-betul di kelola secara profesional oleh pemprov yang berkuasa sekarang ini. Siapa tahu, suatu saat Kepulauan Seribu akan menyamai Kepulauan Bahama yang banyak diserbu wisatawan mancanegara. Siapa tahu.

Yoss Prabu

Sumber:

Wikipedia
Brosur wisata Pulau Untung Jawa 


    



  


Komentar

Postingan Populer